Minggu, 22 Januari 2012

"Totalitas Pejuangan"

Salam Seindah Pelangi, Sahabat!
Beberapa minggu terakhir, Saya sering memutar sebuah lagu (yang sangat saya sukai). Judulnya Totalitas Perjuangan oleh Ghirotul Fatah. Entah apa yang merasuki diri ini setiap kali mendengarkannya, saya ingin segera menjadi mahasiswa (sabar hehe tinggal  4 bulan lagi, amin). Lagu ini membangkitkan semangat saya[1] dan menyadarkan saya tentang bagaimana peran pemuda. Menurut beberapa blog yang saya baca, lagu ini adalah lagu WAJIB para mahasiswa pada saat turun ke jalan ataupun melakukan aksi dalam bentuk lain.Untuk mendengarkan lagu Totalitas Perjungan silahkan klik disini

Ada hal yang menurutku sangat menarik dari lagu ini. Lirik dari lagu Totalitas Perjuangan ini diilhami dari buku karangan Hassan Al-Banna yang berjudul “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin”. Lirik dari Totalitas Perjuangan tidak semata-mata terjemahan dari syair dalam buku Hasan Al-Banna tersebut, namun mengalami modifikasi-modifikasi dan hasilnya adalah lirik Totalitas Perjuangan. 
Ini nih syair dalam buku Hasan Al-Banna:
 
kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan
kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan
kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan
sebuah catatan kebanggaan di lembar sejarah manusia

wahai kalian yang rindu kemenangan
wahai kalian yang turun ke jalan
demi mempersembahkan jiwa dan raga
untuk negeri tercinta

Kepada para pemuda
Yang merindukan lahirnya kejayaan…
Kepada umat yang tengah
Kebingungan di persimpangan jalan…
Kepada pewaris kebudayaan yang kaya-raya,
Yang telah menggoreskan catatan membanggakan
Dilembar sejarah umat manusia…
Kepada setiap muslim
Yang yakin akan masa depan dirinya
Sebagai pemimpin dunia
Dan peraih kebahagiaan
Di kampung akhirat…
Kepada mereka semua kami persembahkan
Risalah ini

( Hasan Al-Banna)

__________
[1] Semangat untuk mempersiapkan diri menghadapi UN, dan mengejar cita-citaku.

Raihlah Kemenangan!

"Kemenangan adalah ampunan
Kemenangan adalah rahmat
Kemenangan adalah pahala
Kemenangan diberikan Allah kepada siapa saja yang diinginkan-Nya
Namun kemenangan akan sia-sia, bila hanya melahirkan penderitaan semesta
Kemenangan sang juara, menjadi tak bermakna bila meninggalkan ribuan hati yang terluka. 
Maka sahabat, berjuanglah, raih kemenangan! Tanpa harus merasa menjadi sang pemenang…” 

(Izzatul Islam )

Sabtu, 07 Januari 2012

Pelangi; Hal Terindah Dari Pena-Nya


Pelangi di langit biru
Pelangi, salah satu tulisan terindah dan paling mengagumkan yang tercipta dari pena Sang Khalik.
Merupakan bukti atas eksistensi-Nya dalam kehidupan ini; salah satu dari segala hikmah-Nya.
Dan andaikan pohon di bumi ini menjadi pena dan laut menjadi tinta.
Hikmah itu tidak akan pernah habis untuk dituliskan.

Pelangi selalu menghadirkan cinta di mata dan di hati dikala memandangnya.
Ia merupakan rangkaian dari 7 warna: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu (iyakah?)
Yang masing-masing warnanya memiliki ciri khas dan perbedaan antara yang satu dan yang lain.
Sebagai isyarat bahwa perbedaan itu adalah keindahan.
Ia terbentuk dari cahaya putih nan hakiki yang mengalami pembiasan oleh titik-titik air.
Sebagaimana kegalauan yang dapat dibiaskan melalui untaian tulisan yang indah ini. (haha lebay)

Demi pena dan apa yang dituliskannya!
Maha Agung dan Bijaksana yang telah menuliskannya.



Takalar, 11 Safar 1433 H
Sang Pendaki Pelangi

Rabu, 04 Januari 2012

My Brown Belt

 Baru saja saya mengikuti ujian penurunan kyu untuk meraih sabuk coklat. Dan ujian ini diadakan hari Minggu di sebuah SMK di Makassar. Sore hari sebelum hari ujian penurunan kyu (Sabtu), saya mendapat amanah yaitu harus mengikuti acara Rohis[1] untuk ikhwan di Sanrobone, Takalar yang sangat jauh lokasinya dari rumahku. Acaranya saya ikuti sampai jam 1 malam (Minggu). Dan pulang dengan membawa banyak pelajaran yang sangat inspiratif.


Ada beberapa hal yang tidak bisa terlupakan dari acara ini yaitu rasa persaudaraan (ukhuwah) yang kuat, terutama saat numpang nonton tv -bola- di salah satu panitia acara Rohis. Dan juga sewaktu perjalanan pulang di tengah malam yang gelap di pelosok kota yang jauh dari keramaian. Jadi waktu itu, saya dan 2 orang sahabatku yang akan mengikuti ujian penurunan kyu harus melewati jalanan yang katanya biasa terjadi perampokan/penghadangan atau dalam bahasa sahabatku disebut “Pangngallakkang”. Ketika itu, sahabatku mempersiapkan double-stick-nya untuk berjaga-jaga dan dan posisi motor kami yang menguasai seluruh jalanan. Haha ;-) Dengan tekad yang kuat dan tentunya dengan perlindungan Allah, Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa dalam perjalanan kami. Sekitar jam 1.30 malam sampai dirumah.


Dan sekitar jam 6.30 pagi (Minggu) saya berangkat ke tempat ujian setelah sebelumnya berkumpul di ranting tempatku latihan karate. Dalam perjalanan ke tempat ujian saya hanya bisa tidur. Maklum, saya belum istirahat sejak acara rohis di Sanrobone. (sok! Hehe)


Dan ujian penurunan kyu-nya pun dimulai. Dengan tekad yang kuat saya bisa lewati ujian ini walaupun tidak maksimal, disebabkan fisik yang tidak mendukung (lelah). Untuk benar-benar meraih sabuk coklat karateka harus melewati sebuah persyaratan yang biasa disebut “Tradisi”. Tradisi ini semacam ajang “penyiksaan” menurutku, mengapa? Karena harus melakukan gerakan-gerakan karate tak henti-hentinya. Tendangan, pukulan , push up, dan lain-lain yang membuat semua anggota badanku setelahnya menjadi nyeri, namun menyenangkan. haha

Mengutip kata salah seorang simpai saat itu, “Jangan berhenti sampai kalian pingsan”. Ha? Saya hanya bisa membasuh keringat dan menjalaninya tanpa protes. Waktu itu diriku seperti sudah berada di ujung kematian (lebay, haha) atau seperti lirik salah satu lagu yaitu kehilangan separuh nafas. Tapi karena melihat beberapa karateka perempuan tidak kelihatan lelah dan bisa melewatinya, maka saya berfikir perempuan saja bisa mengapa saya laki-laki tidak bisa melakukannya, ini masalah harga diri bung! Hehe. 

Dan akhirnya semua berhasil ku lewati dengan rasa lelah dan letih. Dan semoga sabuk coklat yang kuraih bukan hanya gelar tetapi juga bukti! Dan Insyallah suatu saat nanti akan berubah menjadi sabuk hitam, allahumma amin. Setelah ujian, saya pun pulang dan membaringkan badan dan menutup mata sambil bersyukur atas semua yang kulalui.


“Untuk menggapai impian diperlukan tekad. Siapa yang bertekad, biarpun ada rintangan/halangan di depannya ia akan tetap menerobos rintangan/halangan itu untuk mencapai impiannya. Biarpun harus mengorbankan suatu hal” 

Ini ceritaku, apa ceritamu?





Takalar
Sang Pendaki Pelangi

_________________
[1] Acaranya ini namanya Mabit (Malam Bina Iman dan Takwa) yang sebenarnya berlangsung sampai besok (Minggu) namun saya minta izin untuk pamit.